Majalah Lifestyle Terus Berjuang di Era Digital – Akhir dari sebuah era. Banyak orang menggunakan istilah ini untuk menggambarkan apa yang terjadi di industri media cetak termasuk di Indonesia saat ini. Dalam dua atau tiga tahun terakhir, perusahaan media silih berganti mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan edisi cetak, khususnya majalah.
Majalah Lifestyle Terus Berjuang di Era Digital
Baca Juga : 5 Situs Majalah Wanita Online Terfavorit di Indonesia
chictoday – Merosotnya pamor majalah cetak tidak membuat orang-orang terkenal menonjol. Yang mungkin masih terlintas di benak Anda adalah edisi terakhir dari majalah remaja terkenal “Hai” yang diterbitkan pada bulan Juni.
Majalah yang diterbitkan oleh Kompas Gramedia Group dan terbit sejak 1977 ini sempat menjadi trend leader anak muda di era 1980-an dan 1990-an. Apakah akhir dari sejarah hai? tentu saja tidak. Pembaca masih membaca “bentuk baru”
Kemajuan teknologi digital memanglah membuat bermacam brand alat cap berasumsi kokoh serta kilat buat dapat senantiasa melindungi keberadaan industri. Turut memaksimalkan bermacam program digital telah jadi keniscayaan tahap yang harus ditempuh; tetapi bukan berarti pula wajib memadamkan bentuk upaya berplatform majalah cap.
Seperti itu yang pula mengemuka dari pembicaraan The Crafters dengan Atasan Sidang pengarang Femina, Petty Fatimah, serta Atasan Sidang pengarang Esquire Indonesia, Dwi Sutarjantono. Mereka belum berserah.
Memperkuat strategi konten digital
Selaku atasan majalah cap dengan julukan besar, keduanya berterus terang telah memasang bermacam strategi buat mengalami gairah pabrik alat dikala ini. Bagi Dwi Sutarjantono, strategi yang diaplikasikan di MRA Alat Group( yang menaungi Esquire Indonesia) merupakan menguatkan kedua lini produk, bagus digital, pula majalah cap.
Tetapi, spesial buat program digital, Dwi berterus terang, yang awal cuma“ bebas” saja, saat ini telah lebih sungguh- sungguh penguatannya.“ Sebab bermacam pihak pula telah mulai bertanya bermacam perihal mengenai digital, mulai dari pembaca hingga pengiklan,” kata Dwi.
Web Esquire Indonesia( esquire.co.id) mulai lebih sungguh- sungguh diperkuat semenjak 2015, serta kian penting perubahannya pada 2016. Dikisahkan Dwi, pada 2015 koreksi dicoba pada bentuk, ataupun lebih ke teknikal; sedangkan mulai dari akhir 2016 terkini mulai fokus memperkaya konten.
“ Dikala ini kontennya, aku pikir, telah afdal. Tiap hari kita meng- update sebesar 3- 7 postingan. Tetapi ke depannya hendak kita memperbanyak jumlahnya,” nyata Dwi yang telah mengetuai Esquire semenjak 2007.
Sedangkan itu Petty Fatimah menarangkan, semenjak 2010, Femina Group( tim yang menaungi Femina) telah berupaya melaksanakan pemetaan sasaran pasar dari masing- masing alat yang diterbitkan tim itu.
Hasil pemetaan itu yang setelah itu dijadikan alas strategi konten Femina.“ Kita memandang kepribadian kanalnya, siapa audience di saluran itu, terkini pastikan wujud kontennya,” ucap Petty.
Beliau lalu mengutip ilustrasi perbandingan konten di bermacam program yang dipunyai. Postingan di majalah misalnya, dituturkan Petty, lebih bertabiat mendalam, inspirasional, serta menyebar; sedangkan konten di femina. co. id lebih singkat, saklek, serta efisien, dan memajukan bukti( wajib senantiasa up to date).
Terdapat lagi konten di akun Facebook, yang lebih banyak menunjukkan life story, pertanyaan relationship, hingga rumor yang tengah jadi gaya.
Strategi seragam dicoba Esquire Indonesia pada 2 tipe alat yang dijalani. Dwi Sutarjantono mengatakan, selaku tahap menyesuaikan diri dengan kepribadian pembaca di situsnya, artikel- artikel yang tayang di web memanglah berlainan dengan yang diperlihatkan di majalah.
Kepribadian pembaca digital yang diperkirakan mengarah lebih pendek lama membacanya, dijawab melalui postingan yang tidak sangat jauh isinya.“ Sedangkan postingan di majalah, sebab keluar sebulan sekali, dapat lebih jauh, serta dengan style bahasa yang lebih bertabiat style hidup,” tutur Dwi.
Sedangkan untuk konten- konten khas majalah lifestyle, semacam mode spread, Dwi memilah memaksimalkannya melalui konten film, buat penuhi kebutuhan konten digital.
“ Misalnya saja, dengan film behind the scenes, ataupun menunjukkan bermacam momen yang tidak terjebak melalui mode spread di majalah. Alhasil konten di tipe cap serta digital itu silih memenuhi,” ucapnya.
Baca Juga : Majalah Fashion Yang Teratas Beserta Sejarahnya
Semangat dan optimisme untuk tetap melayani audience
Optimalisasi program digital pasti tidak cuma hingga strategi konten. Petty Fatimah dari Femina mengatakan, tahap pengembangan komunitas pula jadi strategi yang didapat.
Hingga itu, tidak hanya berprofesi selaku atasan sidang pengarang, semua atasan sidang pengarang majalah- majalah yang terletak di dasar lindungan Femina Group pula mempunyai kedudukan Chief Community Officer, selaku wujud leadership buat pendekatan terkini pertanyaan komunitas mulanya.
Pendekatan ini, dipaparkan Petty, dimulai dengan melukiskan sasaran pasar masing- masing alat yang terletak di dasar lindungan Femina Group, ke dalam kelompok- kelompok atensi ataupun karakter khusus, yang nantikan hendak dilayani melalui saluran alat yang terdapat, atau berbagai kegiatan dengan cara online ataupun offline.
Hingga itu, tidak hanya lalu meningkatkan halaman femina. co. id, dan pula program alat sosial semacam Instagram serta Twitter, ada pula bermacam halaman Facebook ciptaan Femina yang tertuju buat bermacam golongan atensi ataupun karakter yang dituturkan Petty mulanya.
Ucap saja, halaman Facebook Perempuan Wiraswasta Femina, Women Leadership Jaringan, sampai Wajah Femina yang mengakomodasi pembaca yang lebih belia buat menjajaki pertandingan bentuk nasional yang telah berjalan semenjak 1986 itu.
Bermacam strategi lalu dilancarkan untuk lalu menjaga brand selaku alat style hidup, serta itu juga bukan berarti tantangan akan mereda.
Petty mengetahui ini, baginya pertanyaan cap ataupun digital itu cuma hal biasa. Tantangan jelas sesungguhnya merupakan menyinergikan seluruh wujud biasa itu, buat dapat maksimum melayani audience, sekalian pula menarik untuk pengiklan.
Sedangkan Dwi Sutarjantono dari Esquire berterus terang optimis, serta telah mulai memetik buah dari intensitas timnya dalam menguatkan program digital, tercantum dari permohonan webtorial yang kian banyak. Beliau pula mengklaim wisatawan situsnya kian bagus.
“ Surprisingly, nilai wisatawan kita lumayan bagus. Apalagi, di sebagian saluran semacam otomotif, penampilan konten Esquire amat bagus dibanding saluran semacam di jenis majalah lifestyle laki- laki,” tegas Dwi.
Dari pembicaraan dengan Dwi Sutarjantono serta pula Petty Fatimah, alat cap bisa jadi memanglah telah kehabisan energi serta reputasinya, tetapi bendera putih semacam haram dikibarkan oleh mereka, serta bisa jadi para pelakon alat cap yang lain. Dengan bermacam upaya, mereka menyesuaikan diri buat senantiasa populer di masa digital.
Banyak publisher online bermutu yang sudah berasosiasi di GetCraft buat menawarkan pelayanan sponsored publisher konten buat para konsumen di semua Indonesia.